Langsung ke konten utama

resensi buku KEAKHWATAN 1

URGENSI TARBIYAH BAGI AKHWAT MUSLIMAH

Penanaman dan Pemeliharaan Iman Menghajatkan Kerja yang Serius
Tarbiyah menawarkan silabus yang membuat peserta didik berada dalam suasana kesungguhan, bukan semata hiburan. Tarbiyah membawa masyarakat berada dalam suasana kedisiplinan dalam melakukan penjagaan diri, bukan semata-mata bentuk “mengisi waktu luang”
Tarbiyah bukan semata-mata bentuk “mengisi waktu luang”
Amal Islami Menuntut Kerja Sama Antar Personel Dakwah
Amal islam memerlukan ta’awun atau tolong menolong dalam aplikasinya. Untuk membentuk kebersamaan yang memungkinkan adanya proses ta’awun dalam kebaikan, diperlukanlah tarbiyah. Pentingnya tarbiyah bagi akhwat muslimah, agar terbentuk kebersamaan di antara muslimah dalam menunaikan amal Islami di berbagai bidang.
Penyiapan Akhwat Muslimah adalah Darurat dan Bagian dari Tuntutan Zaman
Arus sekulerisme, upaya eksploitasi wanita yang semakin menjadi, dan upaya-upaya lain yang menjauhkan muslimah dari Islam membutuhkan sebuah pembelaan.
Di sinilah pentingnya tarbiyah bagi akhwat  muslimah, melakukan pembelaan terhadap kemurnian ajaran syariat Islam. Para akhwat harus dipersiapkan dengan kegiatan tarbiyah yang terprogram, untuk menjadikan mereka pelaku dakwah, pelaku pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Tarbiyah menyiapkan akhwat muslimah sebagai pelaku ishlah atau reformasi.
Mempersiapkan Generasi Mendatang yang Shalih Mengharuskan Penyiapan Ibu yang Shalihah
Proses pewarisan nilai kepada generasi baru, senantiasa memerlukan keshalihan pelakunya. Artinya, untuk melahirkan sebuah generasi unggul dan berkualitas, memerlukan sosok ibu yang berkualitas pula.
Peran tarbiyah sangat penting dalam hal ini, untuk mempersiapkan para ibu agar memahami kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap masa depan bangsa, lewat pendidikan generasi.
Dalam hal ini, muslimah disiapkan tidak hanay menjadi sosok yang hangat dan penuh kasih sayang kepada anak-anak tetapi juga bisa menjadi pendidik generasi yang berkualitas. Subhanallah.
Akhwat Muslimah adalah Unsur Pokok Bagi Pembangunan Masyarakat yang Sehat
Para wanita bukanlah suplemen atau pelengkap dalam perbaikan masyarakat. Mereka adalah pelaku aktif sebagaimana pria bertindak sebagai subyek pembangunan.
Fitrah Perempuan Harus Diberdayakan untuk Menjadi Salah Satu Pondasi Kehidupan
Tarbiyah Islam telah mengangkat derajat kaum wanita muslimah dalam kapasitas sebagai subyek yang mandiri, memiliki kesadaran aktif dan potensi yang penuh untuk melakukan perbaikan diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.

TUJUAN-TUJUAN TARBIYAH BAGI AKHWAT MUSLIMAH

1. Individu

  • Membentuk Kepribadian Muslim yang integral
Kepribadian yang memenuhi 10 Muwashowat Tarbiyah
  1. Salim Al-Aqidah(bersih akidah)
  2. Shahih Al-Ibadah (lurus ibadah)
  3. Matin Al-Khuluq (kukuh akhlak)
  4. Qadir ‘ala Al-Kasb (mampu mencari penghidupan)
  5. Mutsaqaf Al-Fikr (luas wawasan berpikirnya)
  6. Qawiy Al-Jism (kuat fisiknya)
  7. Mujahid Linafsih (pejuang diri sendiri)
  8. Munazham fi Syu’unih (teratur urusannya)
  9. Haris ‘ala Waqtih (memperhatikan waktunya)
  10. Nafi’ li Ghairih (bermanfaat bagi orang lain)
  • Membentuk Kepribadian Da’iyah

Islam tidak menuntut seseorang shalih secara pribadi tetapi juga ia harus mampu membuat shalih lingkungannya. Apalagi, dalam sejarah Islam, jelas sekali para wanita muslimah generasi pertama—zaman Rasulullah—pun turut berdakwah.
  • Memberikan Pelatihan Aktivitas dan Mendapatkan Pengalaman
Tarbiyah bukan hanya forum kajian keilmuan, akan  tetapi ia juga merupakan praktek lapangan. Akhwat dilatih untuk menunaikan tugas dakwah, sejak melakukan dakwah fardiyah, melakukan dakwah umum kepada masyarakat, dan dakwah khusus dengan membina akhwat lain. Caranya, dengan melibatkan akhwat muslimah ke dalam kepanitiaan atau organisasi.
  • Mendapatkan Keterampilan Praktis
Para akhwat muslimah hendaknya dibekali dengan keterampilan teknis dan praktis. Keterampilan teknis seperti keterampilan rumah tangga: memasak, menjahit, menata rumah, pertolongan pertama pada kecelakaan, dll, penting diberikan kepada akhwat muslimah. Keterampilan praktis seperti komunikasi politik, berorasi, menyampaikan pendapat, mengkritik, menyusun argumen, bahkan membuat dan menyampaikan makalah pun penting diberikan kepada akhwat muslimah. Walaupun tidak semua akhwat muslimah terjun ke ranah politik tetapi semua akhwat harus memiliki kesadaran dan kepekaan politik.
Penguasaan akhwat muslimah terhadap teknologi pun diharapkan mampu dipenuhi sebagai salah satu hal yang mempermudah gerak dakwah di lapangan.
2. Keluarga
Mendapatkan Suami Muslim yang Mendukung Dakwah
Tarbiyah bagi akhwat muslimah diharapkan mampu mengarahkan proses pernikahan yang sesuai kaidah syariat dan kemaslahatan dakwah. Akhwat muslimah bisa mendapatkan pria yang mendukung dakwah dan mengoptimalkan berbagai potensi positif setelah menjalani kehidupan berumah tangga.
  • Membentuk Keluarga yang Dipenuhi Bimbingan Islam
Keluarga menurut Hibbah Rauf Izzat adalah unit yang angat mendasar di antara unit-unit pembangunan semesta. Oleh karena itu, pembentukan keluarga yang didirikan di atas motivasi ibadah membutuhkan pengelola yang memahami bahwa mereka sedang membangun peradaban besar. Subhanallah.
Dengan tarbiyah, diharapkan akhwat muslimah dapat menyadari posisi, peran, dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
  • Membentuk Keluarga yang Terlibat Amal Islami
Sejak sebelum menikah, akhwat muslimah sudah diarahkan proses tarbiyah untuk aktif terlibat pada amal islami. Setelah menikah dan berkeluarga, tarbiyah tetap mengarahkan akhwat muslimah untuk mengambil peran signifikan dalam upaya perbaikan masyarakat.
Tarbiyah bukan saja sebuah proses yang mendidik orientasi, namun juga mengembangkan ilmu dan keterampilan akhwat muslimah untuk mengambil peran dalam amal islami bersama dengan semua anggota keluarga.
3. Masyarakat
  • Menumbuhkan Kepekaan Hati dan Jiwa Sosial
Dengan tarbiyah, akhwat muslimah diharapkan tanggap pada problematik sosial kemasyarakatan sehingga mampu mengambil peran dlaam perbaikan masyarakat. Adapun cara yang bisa ditempuh adalah dengan bersosialisasi dengan lingkungan, mengakses banyak media, dan membuka diri terhadap informasi.
  • Mempersiapkan Akhwat untuk Peran Peradaban
Menurut hadits riwayat Muslim, Zainab binti Jahsy bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kami akan binasa juga sedang ada di antara kami ada orang-orang yang masih melakukan kebaikan?”
Rasulullah menjawab: ” Ya, apabila kejahatan telah merata.”
Akhwat muslimah bukan saja rahim tempat bersemayamnya para pemimpin tetapi juga sebagai pendidik para pelaku sejarah dari zaman ke zaman. Oleh karena itu, ia lebih dari sekedar pelaku sejarah itu sendiri.
Peran peradaban yang harus ditunaikan akhwat muslimah adalah melahirkan dan mendidik generasi berkualitas, terlibat dalam urusan sosial, politik, ekonomi pemerintahan, menunaikan kewajiban dakwah, dan amar ma’ruf nahi munkar.
  • Mempersiapkan Akhwat untuk Peran Kepemimpinan
Wanita boleh dijadikan pemimpin. Menurut Ibnu Hazm, salah satu ulama madzhab Hambali, dalam kitab Al-Muhala ia berpendapat bahwa jabatan yang tidak boleh diserahkan kepada wanita hanyalah ri’asah ad-daulah atau pemimipin negara.
Tarbiyah islamiyah mencetak bukan saja kader tetapi pemimpin yang memiliki potensi dan keterampilan dalam memimpin. Dengan demikian, para akhwat harus disiapkan untuk mengemban amanah kepemimpinan dalam berbagai urusan, khususnya yang menyangkut permasalahan kewanitaan.
4. Dakwah
  • Memenuhi Sumber Daya Akhwat Berkualitas di Berbagai Bidang
Islam yang universal menuntut dakwah yang integral—dakwah yang menyentuh semua lini kehidupan—sehingga dibutuhkan kompetensi kritis di berbagai spesialisasi ilmu yang tidak mungkin terhimpun hanya pada satu orang.
Dakwah tidak hanya memerlukan ustadz dan ustadzah yang memiliki kapasitas dan menguasai ilmu-ilmu syariat tetapi dakwah pun memerlukan kehadiran dokter, politisi, ekonom, teknolog, praktisi hukum, farmasis. ahli pertasnian, jurnalis, pekerja seni-sastra-budaya dan lainnya. Oleh karena itu,  dengan tarbiyah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kualifikasi sumber daya manusia dari berbagai bidang yang diperlukan dakwah, tak terkecuali akhwat muslimah.
Memperluas Medan Dakwah Akhwat
Penyebaran dakwah islam ke seluruh pelosok negeri membutuhkan akhwat muslimah yang memiliki kepribadian islam dan kepribadian aktivis. Oleh karena itu, tarbiyah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kader dakwah di berbagai wilayah, tidak hanya di perkotaan tetapi juga ke seluruh pelosok negeri.
Mendorong Akhwat untuk Bekerjasama Dakwah dengan Berbagai Perkumpulan Perempuan
Salah satu misi dakwah adalah sebagai pemersatu dari berbagai elemen masyarakat muslim. Dakwah memerlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat sehingga perlu adanya sinergitas para pelaku dakwah dengan kalangan-kalangan yang telah bergerak lebih dahulu dalam pengabdian masyarakat.
Tarbiyah mendorong para akhwat melakukan upaya perluasan dakwah dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dan mengajarkan untuk menebar kebajikan di setiap tempat di setiap waktu.

KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP TUHANNYA

Melaksanakan Rukun Islam
Rukun Islam terdiri atas syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji.
a. Syahadat
Syahadat adalah pintu masuk dienul islam dan merupakan cabang iman paling utama. Seperti diriwayatkan Muslim, Rasulullah bersabda: “Iman itu enam puluh sekian cabang. Yang tertinggi adalah perkataan la ilaha ilallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan dari jalan.”
b. Shalat
Shalat adalah tiang agama, siapa yang mendirikannya berarti menegakkan islam dan siapa yang meninggalkannya berarti menghancurkan islam. Shalat pula yang pertama kali dihisab di akherat kelak.
3. Puasa
Diriwayatkan oleh Bukhari bahwa Rasulullah bersabda: “Puasa adalah benteng.” Benteng yang melindungi muslim dari serangan hawa nafsu.
4. Zakat
Zakat memiliki dua fungsi, yaitu: menekan rasa bakhil dan cinta dunia, sekaligus memberikan santunan kepada orang-orang yang tidak mampu.
5. Haji
Haji adalah ibadah yang memiliki multi dimensi. Ada dimensi spiritual karena di dalam ibadah haji ada beberapa amalan yang ditetapkan syariat. Ada dimensi persatuan karena pada even itulah berkumpulnya seluruh ummat muslim di dunia dalam satu tempat dengan satu tujuan: ibadah hanya kepada Allah. Ada pula dimensi pengorbanan karena biaya dan energi untuk menunaikan ibadah haji sangat besar. Ada juga dimensi sejarah karena banyak simbolis terhadap ‘napak tilas’ perjalanan NAbi Ibrahim dan keluarganya.
Menyerahkan Diri Kepada Allah
Akhwat muslimah diharapkan menyadari bahwa kehidupannya berada dalam genggaman Allah— sebaik-baik pemilik dan sebaik-baik tuan—sehingga tidak perlu merasa khawatir akan jodoh, rezeki, dan lain sebagainya.
Kitapun tentu pernah mengetahui kisah para isteri Rasulullah yang menuntut Rasulullah memberikan penghidupan yang layak. Rasulullah pun merasa bingung dan gundah atas permintaan para isteri beliau. Kemudian, Allah pun berfirman, seperti yang ada dalam Q.S Al-Ahzab 28-29, yang intinya memberikan pilihan kepada para isteri: apabila mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasan, maka akan dipenuhi keinginannya itu tapi Rasulullah akan menceraikannya dan apabila menginginkan Allah dan Rasul-Nya maka Allah akan memberikan pahala yang besar. Dan, para isteri lebih memilih Allah dan Rasul-Nya yang jauh lebih bernilai dari kehidupan dunia dan perhiasan termahal sekalipun. Subhanallah!
Penyerahan diri  dibagi menjadi 2 macam: pasif dan aktif. Penyerahan diri secara pasif artinya, pasrah menerima segala ketentuan Allah. Misal, sudah menjadi ketentuan jika kita terlahir sebagai seorang wanita, sekeras apapun kita berjuang menjadi seorang pria, namun pada akhirnya fitrah kita sebagai wanita, yang tulus menerima kewajiban berjilbab, mengandung dan melahirkan anak, dan berbagai macam ketentuan sebagai wanita lainnya. Sedangkan penyerahan diri secara aktif adalah pasrah terhadap kodrat yang telah Allah tentukan dengan memberdayakannya menjadi potensi yang bermanfaat bagi kehidupan. So, pahami diri kita dengan mengupas tuntas tentang kewanitaan dari segi ilmu dan amalnya.
Ikhlas
Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niatnya, dan segala sesuatu bergantung pada apa yang diniatkan. (H.R. Muslim)
Menurut Hasan Al-Banna dalam Risalah Pergerakan IM, ikhlas adalah meniatkan ucapan, perbuatan, dan perjuangannya untuk mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya. Tanpa bergantung pada profit, popularitas, gelar, julukan dan lain sebagainya.
Jika seorang akhwat muslimah melandasi perjuangan hanya karena menginginkan dunia, maka ketika gagal akan terluka hatinya. Ini dapat membuatnya gugur dari medan perjuangannya.
Sabar
Kesabaran itu tumbuh dari pemahaman. Semakin paham seseorang terhadap sebuah persoalan, maka semakin sabar ia berjalan di atasnya.
Kesabaran itu tumbuh dari kematangan jiwa. Seorang akhwat muslimah yang matang jiwanya—walaupun sering dikatakan wanita lebih mengedepankan emosi daripada logikanya—tidak akan terjerumus pada sikap emosional dalam menghadapi persoalan karena keimanan dan kepahamannya telah mendominasi pribadinya sehingga memunculkan kearifan.
Menurut Ibnu Taimiyah, kesabaran ada 3 macam:
  • kesabaran dalam melakukan ketaatan
  • kesabaran untuk tidak melakukan maksiat
  • kesabaran menerima takdir
Katakakanlah ‘aku beriman’ kemudian istiqomahlah (HR. Ahmad)
Seseungguhnya, kesabaran itu ada pada benturan pertama dari musibah (HR. Bukhari dan Muslim)
Merasa Diawasi Allah

Perasaan manusia senantiasa diawasi Allah akan melahirkan sikap ihsan dalam beramal. Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah, dan jika kita tidak melihat Allah maka Allah melihatmu.
Keimanan dan keislaman yang tidak diiringi dengan ihsan tidak akan mendatangkan cinta Allah.
Pendekatan kepada-Nya dengan Amalan Sunnah
Gunanya amalan sunnah adalah untuk mengekspresikan, menyalurkan cinta, dan keimanan hamba Allah kepada-Nya secara lebih dalam, sekaligus sebagai pelengkap jika ada kekurangan pada amalan wajib.
Dalam shalat, yang disunnahkan seperti: shalat dhuha, tahajud, rawatib, witir, dan lainnya. Dalam puasa, yang disunnahkan: puasa senin-kamis, ayamul bidh, Arafah, dan lainnya.
Hiasi kehidupan dengan ibadah wajib dan tambah kesempurnaannya dengan ibadah sunnah.
Percaya Penuh kepada-Nya
Akhwat muslimah diharapkan dapat tsiqoh kepada Allah. Kaidahnya, semua persoalan ada jawabannya. Jika pun berbagai pengorbanan telah dicurahkan, maka yakinlah Allah tidak akan pernah mensia-siakan amalan ibadah hamba-Nya yang beriman. Yakinlah, Allah akan menolong hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Yakinlah, janji Allah itu pasti .
Memperbarui Taubat dan Istighfar
Taubat artinya kembali. Istighfar adalah memohon ampunan. Allah memberikan kesempatan bagi setiap hamba-Nya untuk kembali jika tersesat. Ampunan dan toleransi masih Allah limpahkan kepada hamba-Nya yang tergelincir ke dalam kubangan dosa. Taubat dan istighfar adalah satu sifat orang-orang bertakwa.
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka mengingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka; dan siapakan yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(Ali-Imraan: 135)

KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP DIRINYA

1. Kewajiban kepada Tubuhnya
Perawatan tubuh penting bagi akhwat muslimah. Walaupun kita seorang aktivis, yang senantiasa turun ke jalanan di bawah terik sang surya, bukan berarti kita tidak peduli dengan tubuh kita. Walaupun kita seorang ibu rumah tangga, bukan berarti tidak perlu lagi untuk melakukan perawatan. Seperti sabda Rasulullah berikut, sebagai teguran kepada ‘Abdullah bin Amr bin Ash yang terlalu memforsir tubuh untuk beribadah:
“Janganlah lakukan, karena sesungguhnya matamu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, badanmu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, keluargamu memiliki hak yang harus kamu tunaikan, maka puasa dan berbukalah, shalat dan tidurlah…” (HR Muslim)
Apa saja yang perlu diperhatikan?Hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Kecantikan
  • Perhatikan berat ideal.
  • Perhatikan kesehatan kulit, terutama kulit wajah sebagai jendela tubuh. Lakukan massage, rutin membersihkan wajah dan memakai masker.
  • Perhatikan bagian-bagian kecil dari tubuh seperti kuku, telinga, hidung, hingga kaki.
  • Perhatikan bau aroma tubuh. Berilah perawatan khusus kepada sumber bau seperti ketiak, mulut, dan kaki.
  • Bisa ditambahkan dengan hal-hal lain, asal sesuai syariat
Kesehatan
  • Tidur Teratur dan Efektif. Perhatikan dan terapkan cara Rasulullah tidur.
  • Makan dengan gizi seimbang. Mengetahui kandungan vitamin pada setiap bahan makanan dan khasiatnya. Misal kacang-kacangan mengandung vitamin E yang berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah dan mencegah oksidasi lemak. Sering didapati, seorang ibu lebih memilih mendahulukan kebutuhan gizi suami dan anaknya, dengan mengorbankan dirinya. Padahal, wanita muslimah pun memerlukan perhatian lebih dalam pemenuhan gizi daripada ayah/suami.
  • Disarankan, setiap akhwat muslimah mempelajari ilmu gizi praktis dan pengolahan makanan yang dapat memelihara kualitas gizi makanan yang diolah tersebut, sehingga mampu memberikan sajian terbaik untuk keluarga dan dirinya.
  • Olah raga. Lakukan secara rutin. Frekuensi yang dianjurkan adalah 3-4 kali dalam 1 pekan, di mana waktu latihan  berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Artinya, semakin rendah intensitasnya, makin banyak waktu yang digunakan. Sedangkan intensitas latihan optimal untuk mencapai kebugaran adalah 72%-87% denyut nadi maksimal (DNM), dimana DNM = 220-usia. Jadi, kalau usia 20 tahun, berarti DNM 200. Maka intensitas latihan dikatakan optimal jika mencapai 144 denyut tiap menit. Jika belum tercapai, maka ‘bobot latihan’ ditambah atau waktu latihan yang ditambah.
  • Lakukan general check up. Yang sering menajdi kendala adalah biaya. Padahal, akan makin ‘membludak’ biaya jika suatu saat tubuh kita sakit. Lebih baik mencegah daripada mengobati :)
Berobat Jika Sakit
Seperti sabda Rasulullah:
“Berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali pasti membuat obatnya, kecuali satu penyakit: pikun.” (HR. Ahmad)
Menjauhi Sikap Berlebihan dan Sia-Sia
Israf dimaknai sebagai berlebih-lebihan. Hindari diet berlebihan atau makan berlebihan. Hindari makanan-makanan instan, yang banyak mengandung zat aditif. Sedangkan tabdzir, maknanya adalah mensia-siakan. Oleh karena itu, merencanakan pengeluaran harian dan bulanan agar tidak boros harta akan hal yang tidak perlu.
Menjaga Kebersihan
Allah itu menyukai kebersihan. Oleh karenanya, jagalah kebersihan yang menyangkut: kebersihan kulit dan tubuh, pakaian, rambut, dan mulut.

2. Kewajiban kepada Akalnya
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia menceritakan Rasulullah pergi ke tempat shalat pada Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Idul Fitri. Selanjutnya beliau melewati jamaah perempuan, lalu bersabda:
Aku tidak pernah melihat orang-orang kurang akal dan agama mampu melumpuhkan hati seorang laki-laki yang tegas melebihi salah seorang dari kalian.
Mereka(jamaah wanita) bertanya: “Apa kekurangan akal dan agama kami, Ya Rasulullah?”
Jawab Nabi: “Bukankah persaksian seorang wanita sama dengan setengah persaksian laki-laki?”
“Benar.” jawab mereka.
Nabi bersabda: “Maka di situlah letak kekurangan akal. Bukankah wanita itu ketika haid tidak boleh shalat dan tidak boleh puasa?”
“Benar.” jawab mereka.
Nabi bersabda: “Maka di situlah letak kekurangan agamanya.”
Konteksnya, Rasulullah mengatakan hal ini di hadapan wanita Anshar. Di mana diriwayatkan oleh Bukhari, Umar bin Khaththab berkata: “Ketika kami tiba di kota Madinah, kami temukan bahwa yang lebih dominan adalah kaum wanitanya. Lalu wanita-wanita kami (wanita Makkah) meniru aab dan perilaku wanita Anshar.”
Diriwayatkan oleh Muslim, Aisyah berkata: “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Mereka tidak terhalang oleh rasa malu dalam mendalamai masalah agama.”
Jika ditinjau dari susunan kata, menurut Abdul Halim Abu Syuqqah, dalam perkataan Rasulullah tidak berupa qarar atau ketetapan tapi merupakan bentuk kekaguman Rasulullah kepada dominannya wanita-wanita Anshar atas kaum prianya. Seakan Rasulullah ingin mengatakan: “Wahai kaum wanita, jika kalian diberi kekuatan oleh Allah untuk melumpuhkan hati laki-laki yang tegas, meskipun kalian lemah, maka takutlah kepada Allah dan janganlah kalian gunakan kekuatan kalian itu kecuali untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat.”
Bukan berarti kapasitas otak wanita selalu di bawah pria lho ya. Allah memberikan potensi yang sama antara pria dan wanita. Jika ada kekurangan pada wanita, itu mungkin disebabkan dari faktor pemanfaatannya saja. Asumsikan saja seperti pria yang tidak terlalu mampu memanfaatkan ‘kesensitifan’ perasaannya dibanding wanita, walaupun tidak semua pria juga yang gagal dalam hal ini
Adapun kewajiban Ukhti kepada akal, antara lain:
  • Menjaga kesehatan akalnya dengan tidak meminum alkohol, atau hal-hal yang memabukkan lainnya
  • Mengisinya dengan informasi bermanfaat, seperti pengetahuan keislaman. Said Hawwa menyebutkan beberapa ilmu islam yang harus diketahui oleh Muslim, minimal 10tsaqofah islamiyah (pengetahuan keislaman) berikut: Pertama, tiga landasan pokok Allah-Rasul-Islam; Kedua, Al-Quran (tafsir, sebab turunnya, tempat turunnya, yang menghapus dan dihapus, dan lainnya); Ketiga, As-Sunah (kandungan syarah—perawinya, cacat tidaknya perawi, istilah-istilah, dll); Keempat, kaidah ushul fiqh (menyangkut kaidah-kaidah dasar yang digunakan untuk memutuskan suatu hukum dari dali-dalil global); Kelima, ilmu aqidah, akhlak, fikih; Keenam, sirah nabawiyah dan tarikh Islam; Ketujuh, ilmu bahasa Arab; Kedelapan, sistem musuh untuk menghancurkan (ghazwl fikr); Kesembilan, studi Islam Kontemporer; Kesepuluh, fiqh dakwah. Selain itu juga, membekali dengan pengetahuan umum dna kontemporer, serta pengetahuan teknis.
  • Memanfaatkan akal untuk berkarya.

3. Kewajiban kepada Hatinya
Dzikrullah
“Perumpamaan orang yang dzikir dengan orang yang tidak dzikir ibarat hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda, Allah berfirman:
“Aku sebagaimana sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku menyertainya jika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam hatinya, Aku ingat padanya dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam majelis orang-orang, niscaya Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompoknya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Tilawah
Rasulullah memerintahkan untuk mengkhatamkan tilawah paling tidak dalam waktu 1 bulan, atau 1 juz per hari, dan beliau melarang untuk mengkhatamkan tilawah Al-Quran kurang dari 3 hari.
Selain itu, alangkah baiknya jika bisa menghafalkan Al-Quran. Meskipun menghafal dan menjaga Al-Quran itu tidaklah mudah. Seperti sabda Rasulullah:
“Rawatlah Al-Quran ini baik-baik! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, ia lebih cepatnya dibandingkan unta lepas dari tali ikatnya.”(HR. Bukhari-Muslim)
Menjauhi Maksiat
“Sesuatu yang aku larang atas kalian maka jauhilah, dan sesuatu yang aku perintahkan atas kalian maka lakukanlah sesuai kemampuan kalian.” (HR. Muslim)
Menjauhi Ketergantungan kepada Makhluk
“Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman: 25-26)
Memperbanyak Ibadah
“Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihad itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.” (Al-Ankabut: 6)

KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP ORANG TUA

Berbakti kepada Mereka Ketika Hidup di Dunia
Pengorbanan orang tua untuk anaknya tak akan terbalas dengan apapun yang diperjuangkan sang anak. Oleh karena itu, Allah menjadikan satu kewajiban pada setiap makhluk-Nya untuk berbakti kepada orang tua. Hubungan baik kepada orang tua harus terus dijaga, walaupun orang tua berbeda agama dengan kita. Namun, tetap saja, kita tidak boleh menuruti orang tua jika diminta untuk berbuat maksiat. Seperti yang dikatakan Abu Bakar: ” Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.”
“Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Q.S.Luqman: 15)
Mendoakan Mereka
Doakan mereka semenjak mereka masih hidup hingga kelak mereka sudah meninggal. Jika orang tua kita non-muslim, tentu saja doanya akan berbeda dengan doa yang ditujukan untuk orang tua yang muslim. Umumnya, doa yang dilantunkan adalah untuk memohon hidayah Allah kepada orang tua kita. Seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim ketika mendoakan ayahnya:
“Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia termasuk golongan orang-orang sesat.” (Q.S. Asy-Syu’ara': 86)
Tapi, jika orang tua kita sudah meninggal—dalam keadaan belum Islam, maka tidak ada gunanya lagi kita mendoakan mereka karena orang tua sudah memilih jalannya sendiri, yang harus dipertanggungjawabkan oleh pribadi pula.

Mengutamakan Kebaktian Mereka Atas yang Lain
Berbakti kepada orang tua menduduki prioritas kedua setelah bakti kepada Allah dan Rasulullah. Dan di antara orang tua, maka ibu yang harus didahulukan atas ayah. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah yang menyebutkan kata ibu sebanyak 3 kali, yang kemudian kata ayah disebut 1 kali setelah kata ibu selesai diucapkan.
Berbakti kepada Mereka Setelah Wafat
Ada 4 hal yang dapat kita lakukan sebagai wujud bakti kita kepada orang tua setelah mereka wafat:
  • menyalatkan
  • memohonkan ampunan untuk mereka
  • memenuhi janjinya
  • memuliakan kawan-kawan dekatnya dan menyambung silaturahim yang engkau tidak tersambungkan kecuali karena mereka

KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP ANAKNYA

Bersyukur kepada Allah Atas Kelahirannya
Puisi Khalil Gibran berikut mungkin dapat merangkum semua penjelasan:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah putra-putri yang merindukan kehidupan
Mereka datang melaluimu tetapi bukan darimu
Meskipun mereka bersamamu,namun mereka bukanlah milikmu
Engkau dapat memberi cintamu tetapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran sendiri
Engkau dapat mengurung tubuh mereka di rumah
tapi bukan jiwa mereka


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah  suatu dosa besar.” (Q.S Al-Isra': 31)
Melaksanakan Beberapa Hal yang Masyru’ Pasca Kelahirannya
Ada 6 hal yang dilakukan kepada anak dalam pekan pertama kelahiran, antara lain:
  1. Adzan di telinga kanan sang anak begitu keluar dari perut ibu
  2. Iqamah diperdengarkan setelah adzan di telinga kiri anak
  3. Tahnik atau mengoleskan kurma yang sudah dilumatkan ke dalam romgga mulut bayi
  4. Aqiqah atau menyembelihkan kambing sebagai syukuran akan kelahiran sang anak, yang dilakukan pada hari ke-7, ke-14, atau hari ke-21. Setelah menyembelih kambing, dilakukan pencukuran rambut, lalu berat badan ditimbang. Lalu, dibelikan emas atau perak seberat rambut itu kemudian nilainya disedekahkan kepada fakir miskin
  5. Memberi nama
  6. Khitan
Menyusui Hingga Genap 2 Tahun
Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah 233
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…”
Mendidik dengan Didikan yang Baik
Pendidikan apa saja yang harus diberikan kepada anak?
  1. Pendidikan Spiritual
  2. Pendidikan Intelektual
  3. Pendidikan Perasaan
  4. Pendidikan Moral
  5. Pendidikan Kesehatan dan Kebersihan
  6. Pendidikan Kedisiplinan dan Kemandirian
Pendidikan tersebut tidak akan berhasil tanpa keteladanan dari orang tua. Setelah keteladanan, hal lain yang penting adalah membiasakan anak-anak untuk menjalani ‘training’ awal kehidupan. Selanjutnya, adalah memberikan perhatian kepada anak. Setiap anak ingin diperhatikan dan disayangi orang tuanya. Strategi lainnya adalah dengan mendidik anak dengan reward and punishment, hadiah dan hukuman. Metode pemberian hukuman dilakukan secara bertahap dan tidak membahayakan anak. Terakhir dan sangat urgent adalah pendidikan dengan doa. Seperti doa yang dicontohkan Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Q.S. Ibrahim 35-41:
“Wahau tuhan kami, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkan aku beserta anak-cucuku dari menyembah berhala…Wahai tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanam-tanaman  di dekat rumah-Mu yang suci. Wahai tuhan kami, agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizqi dari buah-buahan; mudah-mudahan mereka bersyukur.”


KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP SUAMINYA

Menyenangkan Hati Suami
“…Perempuan adalah pemimpin di dalam rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang ia pimpin…”(HR. Bukhari)
Hal ini bukan berarti wanita muslimah tidak boleh keluar rumah, silakan saja keluar rumah karena para shabiyah pun keluar rumah. Selain itu, beberapa ulama berbeda pendapat mengenai kegiatan seperti mencuci, membersihkan rumah, dan lainnya. Sebagian ulama menyatakan hal itu kewajiban istri, sebagian lagi menyatakan itu tidak wajib dilakukan sehingga jika wanita mengerjakannya itu dianggap sebagai bantuan.
Tidak Melakukan Kegiatan yang Dibenci Suami
“…Maka perempuan shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah memelihara mereka…”        (Q.S. An-Nisaa:34)
Bagaimana jika ada saudara suami, kakak, atau adik ipar kita yang laki-laki hendak berkunjung  ke rumah, sedangkan suami sedang tidak ada di rumah?
Yang perlu diperhatikan adalah kita, akhwat muslimah, dengan saudara suami, kakak atau adik ipar kita yang laki-laki, posisinya tetap bukan mahram, sehingga adab pergaulan pun harus dijaga.  Dalam hal ini, suami yang harus bertanggung jawab menjaga bahwa tidak akan terjadi apa-apa antara kita dengan mereka.
Jika pun ada keperluan lain isteri harus memasukkan orang ke dalam rumah sedangkan suami sedang tidak ada, maka orang itu harus ditemani orang lain dua, tiga, atau lebih.
Kemudian, maksud izin seorang isteri kepada suami tidak bermakna teknis, bahwa tiap kali keluar rumah harus mendapar izin suami. Tetapi, izin di sini adalah berupa prinsip, yang telah disepakati dua pihak, suami-isteri,dalam hal atau kondisi apa saja isteri boleh beraktivitas di luar rumah.
Mentaati Suami
Kehidupan rumah tangga disyariatkan oleh agama karena misi yang mulia, salah satunya mempersiapkan generasi. Suatu  misis mulia tidak akan tercapai kecuali dnegan proses terencana, dalam hal ini tentunya harus ada yang memimpin dan  yang dipimpin. Dalam hal ini, suami adalah pemimpin bagi keluarganya, sehingga isteri wajib mentaati suami. Namun, Islam menuntut ketaatan diiringi dengan ilmu dan kepahaman. Jika perintah suami mengandung kemaksiatan, maka isteri tidak wajib menurutinya.
Ketaatan isteri kepada suami tidak boleh menghambat peran isteri untuk keluar rumah dan memerankan peran sosial secara optimal dalam rangka kemaslahatan dakwah. Rumah tangga harus tetap dijaga sebaik-baiknya. Suami dan isteri harus bisa berbagi tugas kerumahtanggaan dengan baik berlandaskan azas keadilan, sehingga peran isteri di masyarakat  tidak mereduksi kebaikan rumah tangganya.

KEWAJIBAN UKHTI TERHADAP MASYARAKATNYA

Memberikan Keteladanan yang Baik
  • Keselarasan Perkataan dengan Perbuatan
  • Mulailah dan Jadilah Pelopor. Dalam hal ini, Rasulullah menekankan sebagai berikut: “Janganlah kalian menjadi orang yang plin-plan, yang berkata ‘Jika orang-orang baik, maka kami juga baik sedangkan jika mereka zalim, maka kami juga zalim’, akan tetapi kokohkan pendirianmu; jika orang-orang baik, maka hendaklah kalian baik dan jika mereka berbuat jahat, maka janganlah kalian berlaku aniaya.”(HR. Tirmidzi)
Berdakwah
Dakwah yang bisa dilakukan akhwat muslimah di masyarakat antara lain:
  1. Majelis Taklim Ibu-Ibu.
  2. Taman Pendidikan Al-Quran
  3. Majelis Taklim Pemuda
  4. Halaqah Tarbiyah
Saling Bantu dalam Kebaikan dan Takwa
Ikut Serta dalam Perbaikan Masyarakat
Prinsip yang harus dijadikan pegangan adalah jika program perbaikan masyarakat telah dilakukan dan dipegang orang lain, maka dukung dan teruskan ke langkah berikutnya, bukan mengulangi dari awal. Adapun yang dapat ukhti lakukan adalah: perbaikan dan peningkatan manajemen, menjalin para pendukung, mendukung pendanaan, membuat proyek sendiri (jika belum ada pelopor).
Mengembalikan Hak dan Memberantas Kezaliman
Perjuangan dakwah sesungguhnya memperjuangkan kembalinya hak-hak ummat untuk hidup secara islami tanpa hambatan, dan ukhti muslimah harus membantu memenuhinya. Allah yang akan memberikan hak itu, atau orang lain yang digerakkan hatunya oleh Allah. Berbuat baiklah tanpa meminta imbalann apapun, biarkan Allah yang membalas semua amalan kebaikan kita.
Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata:
“Ambillah hak lebih rendah dari apa yang semestinya engkau dapatkan agar nanti orang lain yang kan menggenapinya.”
SUMBER : https://sanggemintang.wordpress.com/2010/06/16/keakhwatan-1/

Komentar

  1. MashaAllah.. Jazakumullahu ilmu nya kakak..
    Bila berkenan, silahkan berkunjung balik ke blog saya :)
    Salam kenal!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh-Rencana Studi untuk Essai LPDP (berhasil lolos)

Rencana Studi Nama saya Safitri Akbari, saya menyelesaikan program sarjana saya di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat. Saya menyelesaikan pendidikan sarjana dengan masa studi 3 tahun 6 bulan sebagai penerima Beasiswa Bidikmisi. Saya bercita-cita untuk menjadi seorang dosen, hal ini dikarenakan saya memiliki hobi mengajar. Pengabdian kepada Bangsa Indonesia dapat saya lakukan dengan cara mencerdaskan anak-anak bangsa lewat mengajar. Namun untuk menjadi seorang dosen, saya harus melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 agar kualitas ilmu akuntansi yang saya miliki meningkat, sehingga saya dapat memberikan pengajaran dengan kualitas yang baik. Untuk pendidikan pada jenjang S2 nantinya, saya berencana untuk mengambil disiplin ilmu Akuntansi yang sebelumnya sudah saya tekuni di pendidikan saya sebelumnya. Berdasarkan kondisi di atas memberikan alasan yang kuat bagi saya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di bidang Sains Akunt...

ESSAY LPDP - KONTRIBUSIKU BAGI INDONESIA

KONTRIBUSIKU BAGI INDONESIA Saya Safitri Akbari alumni Bidikmisi, lulus di Universitas   Tanjungpura tahun 2015. Pendidikan selalu di utamakan dalam keluarga saya, terutama oleh Bapak saya. Beliau selalu menasehati saya selaku anak sulung di keluarga, akan pentingnya pendidikan. Saya menyadari bahwa apa yang telah di sampaikan oleh beliau benar adanya. Negara Indonesia ini memerlukan pemuda pemudi yang cerdas untuk membawa Indonesia lebih maju . Maka dari itu saya selalu berusaha untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya agar menjadi pribadi yang cerdas. Ketika duduk di bangku kuliah, saya mendapatkan amanah sebagai penerima beasiswa Bidikmisi. Hal tersebut, memacu semangat saya untuk tekun belajar dalam perkuliahan. Saya menyadari, beasiswa tersebut merupakan tanggungjawab yang harus saya pikul, sekaligus menjadi hutang jasa saya terhadap Bangsa Indonesia. Selama duduk di bangku kuliah saya mengabdikan diri untuk jurusan saya sebagai Asisten Laboratorium mata kuliah akuntansi. S...